Kamis, 31 Mei 2018

Kisah sang penggembala Ilmu (episode 1)

Di sudut Kota kecil kedua di Jawabarat hiduplah seorang anak muda yang berumur 25 Tahun, dia sudah bosan dengan title pengangguranya maka dia berpikir ingin mencari kerja, ketika dia melangkahkan kakinya dengan semangat membara, dari situlah dia ingin mencapai sebuah harapannya.

Detik, menit, jam, Hari, minggu, bulan sampai tahun dia lewati semua itu untuk berada pada titik kulminasi kehidupan.

Dia pun berkata "apalah dayaku Tuhan, setiap langkah telah ku coba untuk mencapai sebuah kesuksesan, Engkau telah berikan semua jalannya kepadaku, tapi ???rasanya Harapanku belum tercapai.

Ohh Tuhan, engkau Maha mengetahui dan memahami semuanya, sekiranya hamba harus terus melangkah sampai berdarah-darah hamba siap melangkah ya Allah".

Pada suatu Hari, tepatnya pada Hari senin jam 06.30 cuaca tak secerah seperti Hari kemarin, dia pun menggerutu "apakah aku harus terus melangkah dalam keadaan seperti ini ?".

Dengan semangat yang membara, dia pun melangkahkan kakinya walau cuaca sedang mendung.

Ketika dia berjalan menelusuri perjalanannya untuk mencari kerja, cuaca di pagi Hari itu pun turunlah mata air dari langit dengan derasnya membasahi bumi ini.

Dia pun seraya berkata "ohh Tuhan, apakah ini sebuah ujian ?apakah ini sebuah halangan ?"

Setelah dia berkata seperti itu, dia pun berlari untuk berteduh di sebuah toko material, sesaat dia berteduh di toko tersebut dia pun melakukan perbincangan dengan warga seorang bapak-bapak.

Pemuda : pagi-pagi ini udah hujan yah Pak ?
Bapak-bapak : namanya cuaca A (panggilan kepada seorang anak muda) di prediksi sama para ahli pun kalau Tuhan berkata lain akan berbedalah cuacanya juga A.
Pemuda : bener juga sih Pak, mau kemana emangnya bapak ?
Bapak-bapak : bapak mau berangkat kerja A, kebetulan aja bapak ga bawa jas hujan.
Pemuda : oh gitu yah Pak.
Bapak-bapak : A kerja dimana ?
Pemuda : kebetulan saya sedang berikhtiar mencari kerja Pak.
Bapak-bapak : oh gitu A, A lulusan sekolah tingkat apa ?
Pemuda : saya Lulus sekolah tingkat smp Pak, saya tidak melanjutkan sekolah saya ke SMA karena kondisi perekonomian keluarga tidak memungkinkan.
Bapak-bapak : oh gitu A, terus A mau nyari kerja Jenis pekerjaannya apa ? Pemuda : apa aja sih Pak daripada saya menganggur.
Bapak-bapak : boleh minta kontak handphone AA ?
Pemuda : boleh Pak.
Bapak-bapak : bapak nanti kabarin AA kalau bapak punya info lowongan kerja yah A ?
Pemuda : oh iya, makasih banyak pak.

Karena jarum jam terus berputar ke arah jam 08.00 si bapak tersebut pun berpamitan kepada si anak muda tersebut.

Bapak-bapak : bapak berangkat dulu yah A takut telat soalnya bapak.
Pemuda : oh gitu, silahkan Pak, hati2 di jalannya Pak.

Kecepatan turunnya air langit tersebut semakin mengurangi kecepatannya sampai berhenti turunnya air langit tersebut.

Pemuda tersebut pun berkata "akhirnya, berhenti juga" (tersenyum dengan bahagia).

Disaat dia berteduh, si pemilik toko material tersebut sedikit mendengar percakapan antara Pemuda dan bapak-bapak yang sedang berteduh di depan toko materialnya.

Kemudian pemilik toko material tersebut memanggil anak muda tersebut.

Pemilik toko : AA, A lagi nyari kerja?
Pemuda : kebetulan iya Pak (dengan jawaban ramahnya)
Pemilik toko : mau ga kerja di toko saya A?
Pemuda : mau Pak, kalau memang bapak sedang membutuhkan pegawai (dengan ekspresi bahagianya).
Pemilik toko : bapak buka tokonya dari Hari senin-jum'at jam 08.00-16.00 WIB.
Pemuda : oh gitu Pak, oke siap Pak kalau gitu mah.
Pemilik toko : tapi bapak ga bisa gaji AA besar, gimana?

Sejenak terdiam Pemuda tersebut, lalu menjawabnya..

Pemuda : tidak apa-apa Pak, yang paling penting saya bisa bekerja membantu bapak.
Pemilik toko : yasudah, kamu boleh Bekerja sekarang juga. 
Pemuda : sekarang mulainya Pak?
Pemilik toko : iya sekarang.
Pemuda : oke siap laksanakan Pak.

Bekerjalah seorang anak muda tersebut dengan rajin dan jujur dalam bekerjanya.

Suatu Hari Pemuda tersebut terbesit sebuah pikiran, bahwa Pemuda itu pengen juga memanfaatkan waktunya pada Hari sabtu dan minggu yang liburnya..

Kemudian Pemuda tersebut berkata "gimana kalau saya jualan aja pas Hari sabtu sama minggunya ?lumayan juga Kan 2 Hari libur saya di manfaatkan untuk menambah penghasilan saya". Dia pun berkata lagi "tapi modalnya darimana yah ?nanti aja ah, saya Cari modal dulu aja".

Selama 6 bulan lamanya dia bekerja, suatu Hari dia berjalan-jalan melangkahkan kakinya pada Hari libur kerjanya.

Ketika dia berjalan, tepatnya pada pukul 20.00 malam WIB (malam minggu) di depan salah satu kampus swasta di kotanya, dia melihat kumpulan anak muda sedang berkumpul dengan asyiknya, lalu dia pun penasaran dengan kumpulan anak muda tersebut, kemudian dia menghampirinya.

Setelah dia bergabung dengan kumpulan anak muda tersebut, dia pun memperhatikan apa yang sedang di bahas oleh kumpulan anak muda tersebut dan memperhatikan dengan seksama apa yang sedang di bahasnya, kemudian dia paham bahwa kumpulan anak muda tersebut sedang melakukan diskusi/kajian dengan tema mengenai "peran dan fungsinya Ilmu Pengetahuan". Sejenak dia berpikir "ngapain yah anak2 muda ini ngumpul bahas mengenai perang fungsinya ilmu ?"

Lalu anak muda tersebut pun bertanya kepada salah orang di kumpulan diskusi tersebut.
Pemuda : ini kumpulan apa yah bang ? Abang : ohhhh, ini kumpulan Majelis Insan Cita bang.
Pemuda : wah ???kumpulan Majelis Insan Cita itu apa bang ?
Abang : kumpulan ini sejenis kumpulan diskusi mengenai ilmu pengetahuan. Pemuda : kenapa Majelis Insan Cita ini membahasnya hanya seputar teori bang ?
Abang : bagaimana caranya kalau Kita mau mempraktekan sesuatu Hal tanpa konsep ?kami merasa setiap apa yang orang sukses lakukan akan berdasarkan konsep dan teori, artinya kami bekali terlebih dahulu isi otak kami sebelum otot kami pakai.
Pemuda : oh gitu yah, iya2 say paham bang.

Setelah ngobrol Pemuda tersebut pamit untuk pulang ke tempat peristirahatan sementaranya.

Se sampai dia di tempat istirahatnya, dia teringat apa yang tadi dia obrolkan dengan abang kumpulan Majelis Insan Cita tersebut.

Dia pun berkata "kalau indikator keberhasilan atau kesuksesan itu ilmu pengetahuan, maka saya pastikan saya Alan memulai budaya ilmu akan tidak tumpul otak saya".

Waktu ke waktu dia jalani dan sadari, bekerja seperti biasa dan turut serta kumpul di kajian/diskusinya Majelis Insan Cita sewaktu dia libur.

Setelah dia ikuti beberapa pertemuan kajian tersebut, lalu dia berpikir "kenapa saya tidak pandai dalam berteori dan berliterasi ?ah sudahlah, kalau saya terus menyesal, seolah-olah saya berjalan mundur".

Kemudian dia pun ter-stimulus oleh kajian Majelis Insan Cita, sehingga dia pun mulai membaca buku online yang Ada di aplikasi smartphonenya.

Perlahan dan pasti dia membaca buku dengan dasar bahwa dia ingin tahu, satu buku dia baca sampai selesai, tapi seolah-olah dia tidak dapat apa2 dari apa yang dia telah bacanya, lalu dia pun mengulas kembali bacaan bukunya yang telah selesai dia baca sampai ketiga kalinya, dia merenungi apa yang dia pahami yang Ada di dalam buku tersebut.
Lalu dia meneriakan sebuah kata "bodoh, bodoh,bodoh, kenapa saya tidak membaca walaupun saya tidak sekolah ?kenapa saya tidak melakukannya waktu dulu, bodoh rasanya hamba ini Tuhan, sekarang saya paham mengapa orang yang Berilmu derajatnya lebih tinggi daripada orang yang tidak berilmu".

Satu, dua, tiga sampai sepuluh buku dia lahap dalam waktu 6 bulanan, tidak hampa rasanya dari hasil apa yang telah dia baca.

Kemudian dia pun berkata "kalaulah dengan membaca aku bisa tau dan mengenal dunia, maka saya Akan manfaatkan waktu saya dengan membaca".

Penasaran alias kepo pemilik toko material tersebut, kepada Pemuda yang bekerja di tokonya itu. Lalu dia pun ngobrol dengan seorang Pemuda tersebut.

Pemilik toko : maaf nih A bapak Mau nanya, dari beberapa bulan ke belakang AA bapak perhatikan sekarang rajin baca buku ?emang suka baca buku AA?
Pemuda : dengan membaca Kita bisa tau dan mengenal dunia Pak.
Pemilik toko : luar biasa alesannya A.
Pemuda : manusia itu tidak berbeda antara satu sama lainnya, yang membedakannya itu ketakwaannya yang mempunyai ilmu pengetahuan.
Mengapa? Karena Ada strata sosial di kehidupan?karena menurut saya adanya suatu timbal balik antara si A dan si B.
Pemilik toko : lantas kalau AA suka baca buku kenapa ga coba nulis aja AAnya?
Pemuda : Nulis ?menulis maksudnya Pak?
Pemilik toko : iya menulis A, dengan menulis Kita bisa menghasilkan apa yang Kita inginkan, pertama kepuasaan dan kebahagiaan manusia itu sendiri, kedua, mendapatkan hasil baik dalam segi materi maupun immateri.
Pemuda : bener juga yah Pak, nanti saya coba untuk menulis pak.

Percakapan tersebut berlangsung kurang lebih 1 jam, waktu menunjukan pukul 16.00 waktu jadwal bekerja dia habis, lalu dia pun beres2 untuk menutup tokonya selesai itu kemudian dia pamit kepada pemilik toko tersebut.

Se sampai dia di tempat istirahatnya, dia pun langsung mandi, kemudian dia pun mencoba untuk menulis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Demokrasi atau Korporatokrasi

Ditulis oleh : Mochamad Aripin Sudah Kita ketahui bersama bahwa para pakar mendefinisikan apa itu demokrasi ?Dan apa itu politik ?bila Kita...